Gambar 1. Proses
pengolahan Putak (batang sari enau) untuk dikonsumsi
Penyebab saudara-saudari kita
yang mengkonsumsi Putak (Sari Batang enau) di Kecamatan Kualin desa Toineke,
Desa Tuafanu dan Desa Oni serta desa Oebelo dan Noemuke di Kecamatan Amanuban
Selatan wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan-Provinsi NTT adalah karena gagal
panen. Komsumsi putak oleh masyarakat didua
kecamatan ini mencuat ke publik bulan Juni 2015, berbagai bantuan mengalir ke
masyarakt setempat mulai dari pemerintah daerah kabupaten TTS, Pemerintah
Provinsi bahkan bantuan langsung dari pemerintah Pusat dan Bantuan dari
berbagai kalangan yang peduli terhadap kondisi masyarakat setemmpat.
Sebenarnya kasus
makan putak ini bukanlah hal baru namun “Ironisnya,
sesuai pengakuan warga, bahwa mereka sudah mengalami keadaan seperti ini sejak
Januari 2015, namun pemerintah baru mau melakukan pendataan. Hingga kemarin,
Camat Kualin belum bisa menyebutkan data aktualnya. Hal ini, kata Jefry, adalah
bencana, sehingga Pemerintah Daerah TTS melalui Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Kabupaten TTS, bisa segera turun ke wilayah bencana. Kondisi ini juga
menjadi catatan penting bagi Dinas Pertanian yang memiliki petugas lapangan,
harusnya bisa mendeteksi dan segera memberi laporan terkini untuk tindakan
antisipasi.”
Kasus
lain yang muncul dari Kecamatan Amanuban Selatan, Kab.TTS-NTT yaitu kasus gizi
buruk seperti yang dikatakan Kader Posyandu Desa Bena Melki, “ 13 balita itu
ditemukan di wilayah yang satu bulan terakhir didera gagal tanam dan gagal
panen akibat kekeringan. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, warga
menghemat beras dengan mengonsumsi putak.
Gambar 2. Foto Balita Gizi Buruk
Menurutnya, orang tua balita yang
datang ke posyandu mengaku setelah anaknya diberi bubur putak, terjadi
perubahan pada tubuh anak-anak. Antara lain, mereka tidak bertambah besar,
tetapi mengecil. Tetapi petugas gizi belum melakukan penelitian mengenai
kandungan protein maupun gizi yang terkandung dalam putak, hanya saja, ujar
Melki, jika dugaan itu benar, pemerintah harus secepatnya mengambil tindakan
seperti mengirim bahan makanan bergizi dan beras
Melihat kenyataan yang terjadi, menuntut
kepekaan kita sebagai pemerintah setempat baik pihak eksekutif maupun
legislatif, lembaga-lembaga masyarakat bahkan
kita sebagai sesama untuk melihat saudara-saudari kita dengan hati. Dari kasus
di atas siapakah yang perlu kita salahkan? Intinya adalah bagaimana kita
sebagai komponen makhluk sosial ketika mengetahui hal ini. Sekecil apapun
tindakan kita akan lebih bermakna dengan berbagai administrasi yang
berbelit-belit, yang menyebabkan berbagai keterlambatan dalam membantu
saudara-saudari kita yang membutuhkan. Berbagai bantuan mengalir dari Lembaga
Pemerintah dan Lembaga Swasta, hal ini menyadarkan kepada kita, dimanakah kita
saat mereka membutuhkan bantuan? Sibuk dengan berbagai urusan? Ataukah mereka
tidak terekspos ke publik saat itu?
Sumber-sumber
:
1. https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=masyarakat+makan+makanan+ternak+di+kabupaten+tts-kompas.com
3.
http://kupang.tribunnews.com/2015/06/25/bantuan-untuk-warga-yang-makan-pakan-ternak-terus-mengalir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar